Pada kesempatan kali ini saya akan membagikan kunci jawaban buku paket bahasa Indonesia untuk kelas XI, untuk soal pada halaman 89 sampai halaman 91, dimana pembahasan ini biasanya akan kalian temui pada semester ke 2, adapun pembahasan materi kali ini akan mengevaluasi beberapa teks naskah yang ada seperti "Belajar Ikhlas dari 'Hafalan Sholat Delisa', "Gara-Gara Kemben, Film ‘Gending Sriwijaya’ Diprotes Budayawan", dan juga "Mengapa Kau Culik Anak Kami?", untuk lebih jelasnya mengenai pembahasan materi kali ini dapat kalian lihat pada pembahasan berikut ini!
Kunci Jawaban Buku Paket Bahasa Indonesia Halaman 88
Pada halaman ini kalian akan diminta untuk menuliskan struktur teks dari ulasan film dan ulasan drama yang ada pada buku paket Bahasa Indonesia. yang mungkin dapat menjawab beberapa pertanyaan yang sering diajukan antara lain yakni: struktur teks belajar ikhlas dari hafalan shalat delisa, teks ulasan hafalan shalat delisa beserta strukturnya, pernahkah kalian menonton film hafalan shalat delisa itu, struktur teks belajar ikhlas dari hafalan shalat delisa hal 88, struktur teks belajar ikhlas dari hafalan shalat delisa halaman 88, contoh teks ulasan film hafalan shalat delisa, sinopsis film hafalan shalat delisa, corak kritik hafalan shalat delisa, berikut ini mudah-mudahan dapat menjawabannya.
Struktur Teks “Belajar Ikhlas dari ‘Hafalan Shalat Delisa’”
Struktur Teks “Gara-Gara Kemben, Film ‘Gending Sriwijaya’ Diprotes Budayawan”
Pada bagian ini akan menjawab beberapa pertanyaan yang sering diberikan, diantaranya: disebutkan oleh penulis teks ulasan gara gara kemben film gending sriwijaya diprotes budayawan, struktur teks gara gara kemben gending sriwijaya, tahukah kalian kebenaran sejarah yang melatarbelakangi kehancuran kerajaan sriwijaya, termasuk corak apakah teks ulasan gending sriwijaya, mengapa kau culik anak kami pertanyaan itu belum terjawab, struktur teks mengapa kau culik anak kami, termasuk corak apa teks ulasan diatas? mengapa?, jawaban tugas 3 mengevaluasi dan menyunting teks guyonan bersama teater gandrik gundala gawata, untuk lebih jelasnya dapat sobat simak didalam kolom tabel berikut ini!
Pada bagian ini akan menjawab beberapa pertanyaan yang sering diberikan, diantaranya: disebutkan oleh penulis teks ulasan gara gara kemben film gending sriwijaya diprotes budayawan, struktur teks gara gara kemben gending sriwijaya, tahukah kalian kebenaran sejarah yang melatarbelakangi kehancuran kerajaan sriwijaya, termasuk corak apakah teks ulasan gending sriwijaya, mengapa kau culik anak kami pertanyaan itu belum terjawab, struktur teks mengapa kau culik anak kami, termasuk corak apa teks ulasan diatas? mengapa?, jawaban tugas 3 mengevaluasi dan menyunting teks guyonan bersama teater gandrik gundala gawata, untuk lebih jelasnya dapat sobat simak didalam kolom tabel berikut ini!
No. | Struktur Teks | Kalimat |
1. | Orientasi 1 | Film Gending Sriwijaya yang disutradarai Hanung Bramantyo menuai kontroversi. Sejumlah budayawan dan peneliti sejarah di Sumatera Selatan protes karena menilai alur cerita (plot) film menyimpang dari sejarah Kerajaan Sriwijaya. Pakaian songket dan kemben yang dikenakan bintang film itu juga dianggap keliru. “Harus direvisi sebelum ditayangkan karena bisa jadi pembiasan sejarah,” tegas Kepala Balai Arkeologi Palembang, Nurhadi Rangkuti, Minggu (21/10/2012). |
2. | Orientasi 2 | Film Gending Sriwijaya digarap Hanung Bramantyo bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menggunakan dana APBD senilai Rp11 miliar. Dalam anggaran disebutkan film yang akan dibuat berjenis film dokumenter. Setelah selesai film ini dikelola Badan Aset Daerah. Tender film dimenangi Putar Production pada April 2012. Ini kerja sama kedua setelah film “Mengejar Angin”. |
3. | Tafsiran Isi 1 | Nurhadi menilai kelemahan film Gending Sriwijaya terletak pada cerita pertentangan dan perebutan tahta oleh dua anak raja (dalam film disebut Raja Dapunta Hyang Srijayanasa. Nama Dapunta Hyang terukir di Prasasti Kedukan Bukit, 864 Masehi). Menurut Nurhadi, dalam sejarah Kerajaan Sriwijaya tidak pernah terjadi pertentangan. Kehancuran Sriwijaya yang pernah menjadi kerajaan maritim terbesar di Nusantara disebabkan faktor eksternal, tidak ada sejarah yang mengisahkan perebutan tampuk kekuasaan di antara keturunan raja. |
4. | Tafsiran isi 2 | “Pertentangan dan kehancuran kerajaan diriwayatkan terjadi karena ada serangan dari luar kerajaan,” tegas Nurhadi. Ketua Yayasan Kebudayaan Tandipulau, Erwan Suryanegara, protes lebih keras. “Saya berani pasang leher untuk menentang film ini,” katanya. |
5. | Tafsiran isi 3 | Budayawan yang mendapat Magister Seni Rupa dan Desain dari Institut Teknologi Bandung ini mengatakan, kisah yang diceritakan terkesan mengadaada karena menggabungkan Gending Sriwijaya dengan cerita Kerajaan Sriwijaya. Dua hal ini merupakan objek yang berbeda. Gending Sriwijaya merupakan nama tarian yang diciptakan pada tahun 1943 ketika zaman penjajahan Jepang sebagai tarian penyambut petinggi Jepang ketika itu. Tari ini diciptakan Sukainah Arozak, syair diciptakan A. Muhibat. Sementara Kerajaan Sriwijaya dikisahkan dalam sejarah mengalami kejayaan pada abad ke-7 hingga ke-13 masehi. “Dua hal ini merupakan kisah yang berbeda, tidak dapat disatukan. Selisih waktu di antara keduanya jauh, berabad-abad,” jelasnya. |
6. | Evaluasi | Erwin mempermasalahkan riset yang dilakukan sutradara dan penulis skenario film karena menurutnya film ini tidak didukung riset yang cukup akan latar belakang sejarah Sriwijaya. Kekeliruan riset juga ditunjukkan dengan kostum yang dikenakan para pemain tidak sesuai pada masanya. Para pemain mengenakan pakaian yang tidak bercirikan pakaian Melayu ketika itu. “Kemben yang digunakan itu bukan pakaian sehari-hari masyarakat ketika itu. Bagi kami, pakaian itu merupakan pakaian khusus untuk ke sungai jika hendak mandi,” ungkap budayawan yang juga menjadi pengajar di Palembang ini. |
7. | Rangkuman | Sama seperti Nurhadi, perebutan kekuasaan antara kedua anak raja kerajaan yang diceritakan dalam film ini juga dipertanyakan Erwin. Sinopsis film Gending Sriwijaya mengisahkan perebutan tahta kerajaan antara dua orang anak Raja Dapunta Hyang Sri Jayanasa (diperankan Slamet Rahardjo), yakni Awang Kencana (Agus Kuntjoro) dan Purnama Kelana (Syahrul Gunawan). “Tidak ada sejarah yang mengisahkan perebutan kekuasaan oleh dua anak raja Kerajaan Sriwijaya,” tegasnya. (Sumber: www.tribunnews.com) |
Struktur Teks “Mengapa Kau Culik Anak Kami? Pertanyaan Itu Belum Terjawab”
Selanjutnya pembahasan kali ini untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut ini yang sering ditanyakan yakni Terjawab, sinopsis mengapa kau culik anak kami, struktur teks mengapa kau culik anak kami, kelebihan dan kekurangan mengapa kau culik anak kami pertanyaan itu belum terjawab, teks diatas mengulas sebuah drama berjudul mengapa kau culik anak kami, struktur teks gara gara kemben, kunci jawaban bahasa indonesia kelas 11 halaman 87, struktur teks belajar ikhlas dari hafalan shalat delisa, tugas 2 membandingkan teks gara gara kemben, berikut pembahasan singkatnya!
Selanjutnya pembahasan kali ini untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut ini yang sering ditanyakan yakni Terjawab, sinopsis mengapa kau culik anak kami, struktur teks mengapa kau culik anak kami, kelebihan dan kekurangan mengapa kau culik anak kami pertanyaan itu belum terjawab, teks diatas mengulas sebuah drama berjudul mengapa kau culik anak kami, struktur teks gara gara kemben, kunci jawaban bahasa indonesia kelas 11 halaman 87, struktur teks belajar ikhlas dari hafalan shalat delisa, tugas 2 membandingkan teks gara gara kemben, berikut pembahasan singkatnya!
No. | Struktur Teks | Kalimat |
1. | Orientasi 1 | “Apa orang-orang itu tidak punya seorang ibu yang setidak-tidaknya pernah memperkenalkan kasih sayang, kelembutan cinta....” “Apa kamu pikir orang-orang itu dilahirkan oleh seorang ibu?” “Apa mereka lahir dari batu?” “Mereka dilahirkan oleh rahim kekejaman.” Dialog itu diucapkan tokoh Ibu dan Bapak yang diperankan Niniek L. Karim dan Landung Simatupang dalam drama “Mengapa Kau Culik Anak Kami?” Drama “Mengapa Kau Culik Anak Kami?” ditulis dan disutradarai oleh Seno Gumira Ajidarma. Banyak penonton berkaca-kaca matanya menyaksikan pementasan drama sepanjang 75 menit itu, yang selama itu pula suasana dicekam oleh kepiawaian akting dua aktor andal itu, yang satu dari Jakarta dan satu lagi dari Yogyakarta. |
2. | Orientasi 2 | Drama ini dipentaskan di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, 6—8 Agustus 2001, dan setelah itu digelar di Societeit, Taman Budaya, Yogyakarta, 16—18 Agustus. Pertunjukan diproduksi oleh Perkumpulan Seni Indonesia bekerja sama dengan Kontras (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan). |
3. | Orientasi 3 | Panggung diisi oleh garapan artistik dari tokoh yang juga jarang muncul, yakni Chalid Arifin, lulusan Institut Des Hautes Etudes Cinematographiques, Perancis. Suasananya serba minimalis, sampai ke tata lampu maupun garapan musik oleh Tony Prabowo yang dimainkan oleh Budi Winarto dengan saksofon soprannya. |
4. | Orientasi 3 | Drama tersebut diilhami oleh peristiwa penculikan aktivis di era Orde Baru- Soeharto. Drama “Mengapa Kau Culik Anak Kami?” berwujud obrolan antara tokoh suami dan istri yang anaknya diculik dan belum kembali. Obrolan terjadi menjelang tengah malam. Bapak mengenakan sarung dan berkaus oblong, sedangkan Ibu bergaun panjang. |
5. | Orientasi 4 | Kalau dilihat secara sederhana, obrolan terbagi dua fase: fase pertama menyangkut tindak kekejaman secara umum yang dilakukan oleh tentara, fase kedua memfokuskan pada kehidupan Ibu-Bapak itu, yang anaknya, Satria (diperankan oleh korban penculikan yang sebenarnya, aktivis Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi, Nezar Patria) hilang diculik penguasa. |
6. | Tafsiran isi 1 | Berlatarkan pada situasi politik sekarang yang cenderung ingin melupakan korban-korban penculikan yang sampai kini tak ketahuan rimbanya, drama ini serentak menemukan relevansi sosialnya. Dengan langsung menunjuk peristiwa-peristiwa kekerasan yang pernah terjadi di Indonesia termasuk pada tahun 1965, drama ini sendiri lalu seperti berada di wilayah “kesenian kontemporer” dengan sifat khasnya: meleburnya batas antara kesenian dan kehidupan nyata; antara ruang pribadi dan ruang publik; dan seterusnya. Apa yang dialami si Ibu-Bapak Niniek dan Simatupang, adalah juga pengalaman sehari-hari sekian orangtua yang kehilangan anak-anaknya, anak yang kehilangan bapaknya, diculik oleh genderuwo penguasa politik. |
7. | Tafsiran isi 2 | “Ini hanya sebuah kopi dramatik dari peristiwa yang sebenarnya,” kata Seno Gumira. Seno sendiri yang lebih dikenal khalayak sebagai penulis cerpen sebenarnya juga pernah menggauli penulisan naskah drama. Ia pernah bergabung dengan Teater Alam, Yogyakarta, pimpinan Azwar A.N. pada pertengahan 1970-an. Ia pernah menggelar drama karyanya berjudul “Pertunjukan Segera Dimulai” pada 1976. Belakangan, ia mementaskan “Tumirah Sang Mucikari” (1998) yang diilhami oleh huru-hara politik di Tanah Air. |
8. | Tafsiran isi 3 | “Mengapa Kau Culik Anak Kami?” sendiri, dari segi naskah dan strategi pementasan, boleh jadi oleh penulis dan sutradaranya tidak langsung diparadigmakan dalam gagasan-gagasan yang mendasari peleburan batas kesenian dan kehidupan seperti diwacanakan oleh seni kontemporer. Suasana penantian, misalnya, mungkin masih seperti mengacu pada “modernisme” Becket, taruhlah dalam Waiting for Godot. |
9. | Evaluasi | Namun, para pendukung, katakanlah Niniek, Simatupang, serta tidak ketinggalan penata musik, Tony Prabowo, dengan kematangannya telah menjembatani apa yang bisa dicapai naskah tersebut dengan publiknya. Ini masih didukung adegan sekilas yang menjadi penting, ketika Nezar Patria tiba-tiba muncul di panggung beberapa detik. Sementara saksofon yang melengkingkan blues oleh Budi Winarto yang menandai pergantian babak, setiap saat menggarisbawahi, betapa pahit dan mengenaskan sebetulnya hidup di republik ini. Itulah yang membuat hati banyak orang teriris dan sebagian menjadi sembab matanya ketika keluar dari gedung pertunjukan. |
10. | Rangkuman | Di panggung, Niniek berujar, “Sudah setahun lebih. Setiap malam aku berdoa mengharapkan keselamatan Satria, hidup atau mati. Aku hanya ingin kejelasan....” Sementara Simatupang berdiri, maju ke ujung panggung dan bermonolog, “Mengapa kau culik anak kami? Apa bisa pertanyaan ini dijawab oleh seseorang yang merasa memberi perintah menculiknya?” Pertanyaan itu belum terjawab di atas pentas. Juga di luar pentas. |
Kunci Jawaban Buku Paket Bahasa Indonesia Halaman 89-90
Pada halaman ini kalian harus menuliskan kelebihan, kekurangan, dan juga jalan keluar dari permasalahan yang ada pada ulasan film dan drama yang ada diatas. Berikut akan saya berikan jawabannya.
No. | Judul Teks Ulasan | Kelebihan | Kekurangan | Jalan Keluar |
---|---|---|---|---|
1. | Belajar Ikhlas dari hafalan shalat Delisa |
|
|
|
2. | Gara-gara Kemben Film Gending Sriwijaya |
|
|
|
3. | “Mengapa Kau Culik Anak Kami” Pertanyaaan Itu Belum Terjawab |
|
|
|
Kunci Jawaban Buku Paket Bahasa Indonesia Halaman 91
Pada halaman ini kalian harus menjawab apakah judul yang tertulis pada teks yang ada dibawah tabel ini apakah benar atau salah. Berikut akan saya berikan jawabannya.
No. | Kalimat | Benar | Salah |
---|---|---|---|
1. | Scene yang dahsyat dari film “Hafalan Shalat Delisa” membuat saya terhenyak. | √ | - |
2. | Aktingnya mengingatkan pada Gina Novalista dalam Mirror Never Lies yang menjadi nominasi artis terbaik FFI 2011. | - | √ |
3. | Drama “Mengapa Kau Culik Anak Kami?” ditulis dan disutradarai oleh Seno Gumira Ajidarma. | √ | - |
4. | Ia pernah menggelar drama karyanya berjudul Pertunjukan Segera Dimulai pada 1976. | - | √ |
5. | Belakangan, ia mementaskan “Tumirah Sang Mucikari” (1998) yang diilhami oleh huru-hara politik di Tanah Air. | √ | - |
6. | Film Gending Sriwijaya yang disutradarai Hanung Bramantyo menuai kontroversi. | - | √ |
7. | Ini kerja sama kedua setelah film “Mengejar Angin”. | √ | - |
8. | Film Gending Sriwijaya digarap Hanung Bramantyo bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menggunakan dana APBD. | - | √ |
9. | Film “Hafalan Shalat Delisa” diangkat dari novel yang berjudul sama, Hafalan Shalat Delisa. | - | √ |
10. | Nurhadi menilai kelemahan film “Gending Sriwijaya” terletak pada cerita pertentangan dan perebutan tahta oleh dua anak raja. | √ | - |
Sekian pembahasan Kunci Jawaban Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas XI Halaman 88-91 Semester 2 semoga dapat membantu dalam proses belajar sobat, jika bukan materi ini yang sobat cari, mungkin artikel dibawah ini dapat menjawabnya!
0 komentar:
Posting Komentar